Demikiankhutbah Idul Adha kali ini, semoga keberkahan melimpahi umat Islam di seluruh penjuru bumi. Di sela-sela kesibukannya hampir setiap Minggu alumni jurusan Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah ini mengisi sejumlah kegiatan keagamaan dan pengajian kampung dan perumahan di seputaran Depok dan Bogor. Baginya menulis adalah cara merawat
Naskah khutbah Idul Adha ini mengangkat pesan penting di balik ibadah kurban, yakni penyembelihan sifat-sifat kebinatangan manusia. Hal ini juga selaras dengan tujuan utama berkurban bukan semata persembahan daging, melainkan unsur ketakwaan dan ketulusan para pekurban. Teks khutbah berikut ini berjudul "Khutbah Idul Adha Kurban sebagai Perwujudan Takwa". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Hadirin yang dimuliakan Allah, Pada pagi yang cerah ini marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah ﷻ yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kenikmatan sehingga kita dapat hadir di tempat ini untuk menunaikan salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita sambil mengumandangkan kalimat-kalimat yang agung, takbir, dan tahmid, yang semuanya kita tujukan kepada keagungan dan kebesaran Allah. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad ﷺ yang telah memberi petunjuk-petunjuk yang benar kepada kita, yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Hadirin kaum Muslimin yang dirahmati Allah, Setiap tahun, dalam suasana menyambut hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah, kita mengumandang-kan kalimat-kalimat tauhid, takbir, tahmid, dan tahlil. Mengumandangkan kalimat tauhid menunjukkan suatu pengakuan yang kokoh bahwa Allah adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kalimat takbir memberi kesan yang kuat dalam diri kita bahwa Allah Mahabesar dan Mahaagung, tidak ada satu pun yang dapat menyamai kebesaran dan keagungan-Nya. Kalimat tahmid mengandung makna bahwa zat yang patut dipuji hanyalah Allah swt dan pujian seluruhnya hanya diperuntukkan bagi-Nya. Kalimat tahlil menegaskan kalimat tahmîd bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Kalimat-kalimat agung itu pada saat kini tengah menggema di mana-mana, dikumandangkan oleh umat Islam di seluruh dunia, baik yang ada di belahan barat, di belahan timur, di belahan utara, dan belahan selatan. Pendek kata, kalimat-kalimat itu sedang dikumandangkan oleh umat Islam di seluruh pelosok dunia. Sementara di tempat nan jauh di sana, di tanah suci Makkah, tempat terpancarnya fajar Islam, umat Islam, tamu Allah, yang sedang menunaikan ibadah haji menyerukan pula kalimat talbiyah, yaitu لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ Artinya “Kupenuhi panggilan-Mu ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagimu, sesungguhnya puja, limpahan karunia dan kekuasaan hanya pada-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu.” Kalimat takbir, tahmid, dan talbiyah itu ditanamkan ke dalam hati, ditancapkan ke lubuk jiwa yang dalam, sehingga pengaruhnya terpancar dalam wujud nyata yang direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan amal ibadah. Pengakuan kita terhadap kebesaran Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya, pengakuan kita bahwa tidak ada yang patut dipuji melainkan Allah, kepatuhan kita untuk meninggalkan larangan-larangan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan pengakuan mereka dalam memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan ibadah haji itu, merupakan realisasi dari apa yang kita ucapkan dan yakini. Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah, Hari raya Idul Adha yang juga disebut hari raya Kurban mengingatkan kita kepada Nabiyullah Ibrahim as bersama putranya, Ismail. Ismail adalah putra tunggal Nabi Ibrahim yang telah bertahun-tahun dirindukan kehadirannya. Sebagai putra tunggal, Ismail sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Dalam suasana saling kasih sayang seperti itu, turunlah perintah dari Allah kepada sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim, untuk melakukan kurban dengan menyembelih anak kandungnya sendiri, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaatan dan kepatuhan bersedia melaksanakan perintah itu, dan ketika diceritakan oleh Ibrahim kepada Ismail tentang adanya perintah dari Allah untuk menyembelihnya, Nabi Ismail tidak gentar sedikit pun juga. Ia rela menerima perintah itu dan meyakinkan ayahnya bahwa ia menerima perintah itu juga dengan penuh ketaatan dan kesabaran. Keduanya dengan jelas telah sama-sama menunjukkan sikap ingin berkorban yang luar biasa besarnya. Kesediaan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah itu, dan kerelaan Ismail untuk menerima perintah itu, merupakan perwujudan dari kepatuhan mereka yang tiada taranya terhadap perintah Allah. Kita dapat membayangkan bagaimana kalau kita sendiri yang hanya mempunyai putra satu-satunya, dan anak satu-satunya, rela menyembelihnya demi untuk menjalankan perintah Allah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail telah melaksanakan perintah itu dengan penuh ketaatan, penuh kerelaan, dan ketenangan serta penuh penyerahan diri. Pengorbanan yang dilakukan oleh kedua hamba Allah terebut merupakan ujian dan pengorbanan yang amat besar, yang tiada bandingan dan taranya dalam sejarah umat manusia sampai hari ini. Pengorbanan dan ujian yang beliau berdua lakukan itu kini tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa yang diabadikan sepanjang masa, yang kita namakan Idul Qurban. Pengorbanan dan ujian seperti itu kiranya dapat kita tanamkan dalam hati sebagai pelajaran yang berharga. Sebaliknya, alangkah kecilnya ujian dan pengorbanan kita yang hanya mengorbankan sebagian dari apa yang kita miliki demi memenuhi perintah Allah dalam hari raya Kurban ini. Hadirin jamaah Idul Adha, Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail patut kita teladani dan ikuti, dalam pengertian bahwa kita, dengan kemampuan yang ada, bersedia mematuhi dan menaati perintah Allah dengan mengorbankan sebagian dari harta yang kita miliki dan mengorbankan apa yang kita lakukan yang dipandang tidak sesuai dengan perintah dan tuntunan Allah. Pada hari raya Idul Adha diperintahkan kepada mereka yang mampu untuk menunjukkan kesediaan berkurban dengan penyembelihan seekor hewan ternak. Penyembelihan terhadap hewan kurban itu mengalirkan darah dan menghasilkan daging yang akan dibagi-bagikan kepada yang berhak. Patut kiranya dicatat bahwa yang dinilai oleh Allah dalam penyembelihan itu bukan darah yang terpancar dan bukan pula daging yang bergelimpangan itu, melainkan kesucian jiwa dan keikhlasan hati serta kesediaan melakukan kurban. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hajj 22 ayat 37 لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ Artinya “Tidak akan sampai kepada Allah daging dan darah kurban itu, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah takwamu.” Kesucian jiwa dan keikhlasan hati dalam melaksanakan kurban merupakan satu unsur yang sangat urgen yang harus mendapat perhatian kita. Hal ini merupakan landasan yang menjadi dasar dalam melaksanakan segala perbuatan dan ibadah kita. Pernyataan Allah dalam ayat di atas menunjukkan bahwa pengorbanan yang ditampilkan tidak dilihat dari segi materi, kuantitas, dan bentuk lahiriahnya, tetapi yang dilihat adalah keikhlasan dan niat yang memberi kurban. Perintah berkurban yang ditujukan kepada Nabi Ibrahim dengan menyembelih putranya, Ismail, pada hakikatnya adalah ujian bagi kekuatan iman dan takwa Nabi Ibrahim dan Ismail. Allah ingin melihat sejauh mana kerelaan dan kesediaan keduanya di dalam melaksanakan perintah itu. Akhirnya, keduanya telah lulus dari ujian Allah dan telah sanggup menunjukkan kualitas iman dan takwa mereka, dan dengan kekuasaan Allah Nabi Ismail yang ketika itu hendak disembelih digantikan dengan seekor kibas oleh Allah. Allahu akbar 3X Hadirin yang berbahagia, Agama kita menetapkan untuk menyembelih kurban binatang, berupa hewan ternak domba, kambing, kerbau, sapi atau unta. Yang dikurbankan adalah binatang. Ini mengandung setidaknya dua makna, yaitu 1 sifat-sifat kebinatangan yang terdapat dalam jiwa seseorang harus dikurbankan dan disembelih, dan 2 jiwa dan perbuatan seseorang harus dilandasi dengan tauhid, iman, dan takwa. Sangat banyak sifat kebinatangan yang terdapat dalam diri manusia, seperti sifat mementingkan diri sendiri, sifat sombong, sifat yang menganggap bahwa hanya golongannyalah yang selalu benar, serta sifat yang memperlakukan sesamanya atau selain golongannya sebagai mangsa, atau musuh. Sifat kebinatangan yang selalu curiga, menyebarkan isu yang tidak benar, fitnah, rakus, tamak, dan ambisi yang tidak terkendalikan, tidak mau melihat kenyataan hidup, tidak mempan diberi nasihat, tidak mampu mendengar teguran, dll merupakan sifat-sifat yang tercela dalam pandangan Islam. Sifat-sifat yang demikian, jika tetap dipelihara dan bercokol di dalam diri seseorang, akan membawa kepada ketidakstabilan dalam hidupnya, ketidak-harmonisannya dengan lingkungannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sifat-sifat yang demikian ini akan memudahkan jalan bagi terciptanya perpecahan dan ketidaktenteraman dalam kehidupan. Ajaran Islam dengan ajaran kurbannya menghendaki agar seorang Muslim mau mengorbankan sifat-sifat seperti itu dengan tujuan agar kestabilan dan ketenteraman hidup dalam masyarakat dapat diwujudkan dan kedamaian antara sesama manusia dapat direalisir. Ajaran Islam menghendaki agar kurban yang disampaikan harus binatang yang sempurna sifat-sifatnya, jantan, tidak buta, tidak lumpuh, tidak kurus, dan tidak cacat. Ini mengandung makna bahwa di dalam melakukan kurban, beramal, dan berkarya setiap Muslim dituntut untuk berusaha dalam batas-batas kemampuan maksimal, dengan mengerahkan tenaga secara optimal, tidak bermalas-malasan, tidak melakukan sesuatu dengan sembrono. Allah menyatakan dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah 9 105 وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ Katakanlah Berusaha dan bekerjalah karena Allah dan Rasul-Nya serta orang beriman akan melihat menilai amal kalian itu. Sejalan dengan ayat itu, Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah 2 148 yang berbunyi فَاسْتَبِقُوْا الْخَيْرَاتِ “Berlomba-lombalah untuk melakukan kebajikan.” Agama Islam memerintahkan untuk berkurban dan beramal semaksimal kemampuan, karena agama Islam sendiri adalah dinul-udhiyah agama pengorbanan dan dinul-amal agama yang mengutamakan karya nyata dan usaha. Iman kepada Allah yang kita yakini harus disertai dengan amal perbuatan nyata dalam kehidupan kita. Dalam pandangan agama, iman saja, tanpa amal, tidaklah cukup dan beramal tanpa dilandasi dengan iman tidaklah bernilai. Itulah sebabnya, maka dalam Islam, iman dan amal merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tidakkah kita perhatikan banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menyatakan secara tegas bahwa kata iman yang diungkapkan dalam bentuk آمَنُوْا orang-orang yang beriman selalu dirangkaikan dan diikuti oleh kata وَعملوا الصالحات dan beramal saleh. Salah satu di antaranya adalah ayat-ayat yang terdapat Surat Al-Ashr 103 yang menggambarkan bahwa orang-orang yang tidak mengalami kerugian adalah mereka yang beriman dan melakukan amal saleh. Allah menyatakan وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling menasihati dan menganjurkan kepada kebenaran dan kesabaran. Allahu Akbar 3X Hadirin yang berbahagia, Pengorbanan sebagai perlambang bahwa jiwa dan perbuatan seseorang harus dilandasi dengan tauhid, iman, dan takwa, dapat memberikan arti bahwa kita dituntut untuk meyakini keesaan Allah, dan apa yang dilakukan itu semata-mata hanya untuk Allah. Ajaran kurban ini juga mengisyaratkan makna yang mendalam agar kita dapat mengorbankan segala sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan ajaran Allah. Kita dituntut untuk mengorbankan, menyembelih, mengikis habis kebiasaan-kebiasaan yang dipandang merusak akidah itu, kemudian kita gantikan dengan sikap-sikap dan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan akidah Islam dan ketauhidan yang diajarkannya. Kalau Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk mengorbankan putra tunggalnya, Ismail dan orang-orang yang berkemampuan dan berkecukupan diperintahkan untuk mengorbankan hewan, maka kita pun sebagai orang yang tidak berkecukupan, tetapi memiliki sifat, sikap, dan perbuatan yang mengarah kepada pelanggaran terhadap perintah-perintah Allah, dituntut untuk mengorbankan sifat-sifat itu dan menjauhinya, dan dituntut untuk kembali kepada akidah Islam dan sikap-sikap yang mengarah kepada ketaatan kepada perintah-perintah Allah. Kalau kita tidak mampu berkurban dengan hewan, kita mampu berkorban dengan meninggalkan hal-hal yang dilarang agama. Hadirin yang dirahmati Allah, Kita sebagai abdi bangsa, selayaknya memahami dan menghayati semangat kurban itu. Amanat dan tugas kita masing-masing harus dilakukan dengan penuh pengabdian dan tanggung jawab yang tulus dengan mengorbankan sebagian dari waktu dan tenaga kita untuk bekerja dan menekuni pekerjaan dan tugas kita masing-masing semaksimal dan sesempurna mungkin, seperti semangat kesempurnaan yang dituntut bagi hewan kurban itu. Kita harus menanamkan dalam diri kita tekad untuk melakukan semua pekerjaan yang diembankan kepada kita dengan ketulusan dan keikhlasan beramal, agar semua itu mendapat nilai pahala di sisi Allah yang akan dinikmati di hari akhir nanti. Pada masa yang kita alami sekarang ini, pada saat-saat bangsa dan negara kita masih berada dalam suasana krisis, suasana bangsa yang menuntut konsep pemikiran yang tepat dan etos kerja yang lebih tinggi, kita harus rela berkurban, materiil, tenaga, maupun jiwa untuk segera mengembalikan suasana ini kepada suasana yang lebih kondusif, dari suasana keterpurukan ekonomi kepada suasana kestabilan dan ketenteraman. Hal ini semua sudah tentu harus dilakukan secara sungguh-sungguh sesuai tugas dan kewenangan masing-masing. Kita yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan pengajaran sudah barang tentu dituntut pengorbanan untuk meningkatkan pendidikan dan pengajaran bagi generasi bangsa dan menciptakan konsep-konsep pendidikan yang tepat untuk mencapai hasil pendidikan yang lebih optimal dan siap pakai di masa mendatang. Kita tahu bahwa setiap zaman mempunyai karakteristik yang berbeda; zaman yang lalu berbeda dengan zaman sekarang, zaman sekarang berbeda dengan zaman yang akan datang, dan zaman kita sekarang akan berbeda dengan zaman generasi kita berikutnya. Tidakkah kita merenungkan, bahwa suasana zaman ketika kita masih kanak-kanak sangat berbeda keadaannya dengan zaman ketika kita telah dewasa sekarang ini. Keadaan seperti itu sudah cukup menjadi dasar untuk memberikan modal yang terbaik buat generasi dan anak-anak kita. Modal yang paling utama yang harus diberikan kepada mereka, menurut Rasulullah, adalah pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai bagi generasi itu untuk menghadapi kehidupan mereka di masa datang. Suasana kehidupan dunia di masa-masa sesudah kita ini, tantangannya jauh lebih berat dan lebih kompleks. Untuk itu semua, kita sekarang, pada masa kita ini, dituntut untuk mengorbankan segala yang kita miliki untuk menyerahkan yang terbaik dan berharga bagi kemajuan generasi, bangsa, dan negara di masa datang sesuai dengan bidang tugas kita masing-masing. Dengan begitu, kita berharap generasi bangsa kita di masa yang akan datang akan dapat berintegrasi dan beradaptasi dengan lingkungan serta dapat menghadapi tantangan-tantangan hidup dengan bekal pengetahuan yang cukup dan keterampilan yang memadai. Insya Allah. Allahu Akbar 3X Hadirin yang jamaah shalat Idul Adha, Marilah pada hari raya Idul Adha ini kita melihat kembali pandangan kita tentang Islam, memperbaharui pandangan kita, dan memperbaiki sikap kita yang selama ini dipandang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Islam yang sebenarnya adalah Islam yang tidak hanya menuntut kita mengucapkan syahadat, mengaku beriman dan bertakwa, tetapi juga lebih dari itu harus berusaha dan beramal, bahkan semaksimal yang dapat dilakukan. Islam tidak hanya menuntut untuk beribadah semata, tidak hanya salat semata, tidak hanya puasa saja, tidak hanya menunaikan zakat saja, dan lain-lainnya, tetapi juga menuntut untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan kemaslahatan dan kebahagiaan hidup di dunia. Islam tidak hanya menekankan urusan dunia, atau sebaliknya, tetapi menekankan adanya keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tidakkah kita perhatikan doa pendek yang amat populer yang kita baca رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّيْنَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksaan api neraka. Marilah kita dengan idul adha ini kita pupuk dan tingkatkan persatuan dan kesatuan, rapatkan barisan, tingkatkan kedisiplinan dan semangat kerja, kobarkan semangat berkurban, karena dengan itu semua pembangunan yang kita canangkan untuk mewujudkan kemaslahatan hidup kita sebagai bangsa dapat kita capai, dengan dilandasi tauhid, iman, dan takwa kepada Allah dan sesuai dengan tuntunan ajaran agama kita. Allahu Akbar 3X wa lillahi al-hamd. Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Untuk sempurnanya rangkaian ibadah Idul Adha kita pada pagi hari ini marilah kita bersama-sama menengadahkan tangan untuk memohon doa kepada Allah. Ya Allah, pada hari ini kami baru saja menunaikan salah satu perintah-Mu, menunaikan salat Idul Adha sambil memuji kebesaran-Mu dan mensyukuri nikmat-Mu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami mempunyai kekurangan, kekhilafan, dan dosa terhadap-Mu. Karena itu, ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah segala dosa kami, yang besar maupun yang kecil, yang disengaja maupun tidak, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang baru maupun yang lama, sehingga kami menjadi orang yang bersih, tanpa dosa, karena Engkaulah Yang Maha Mengetahui apa yang kami lakukan. Ya Allah Yang Mahaperkasa, berilah kami umur panjang dan kekuatan lahir dan batin untuk melaksanakan perintah-Mu dan melaksanakan pembangunan masyarakat dan bangsa kami. Berilah petunjuk kepada pemimpin-pemimpin kami sebagaimana Engkau memberi petunjuk kepada para Nabi-Mu, Rasul-Mu, dan orang-orang saleh sebelum kami agar kami semua dapat hidup sesuai dengan tuntunan-Mu. Jauhkanlah bangsa dan negara kami dari segala ujian dan cobaan yang tidak sanggup kami pikul, dan tunjukkanlah kami dan pemimpin-pemimpin kami jalan terbaik untuk memecahkan berbagai persoalan dan krisis yang dialami oleh bangsa dan negara kami. sehingga kami dapat segera terlepas dari krisis yang memperpuruk ekonomi kami. Karena kami yakin, Engkau, ya Allah, adalah penuntut ke jalan yang benar. Ya Allah yang Maha pengasih, pada saat ini kami sedang ditimpa pandemi Covid 19, yang sudah mewabah di seluruh tanah air kami dan bahkan seluruh dunia. Jika pandemi ini menjadi ujian bagi kami karena dosa dan kesalahan kami, kami memohon kepada-Mu atas semua dosa kami, dan memohon agar Engkau menjauhkan pandemi ini dari kami. Jika pandemi ini menjadi bala’ bagi kami, berilah kekuatan kepada kami untuk menghadapi ini dengan penuh sabar, syukur, dan tawakal kepada-Mu, dan memohon kepada-Mu agar Engkau menolak bala’ ini dari kami semua. Ya Allah tunjukkanlah rahmat-Mu kepada para generasi muda bangsa kami, generasi penerus perjuangan pemimpin kami, untuk tetap mematuhi perintah-Mu dan meninggalkan segala larangan-Mu. Tunjukkanlah jalan kepada mereka yang telah bergelimang dengan narkoba dan segala perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan-Mu, untuk kembali kepada jalan-Mu, jalan yang Engkau ridai, dan amankanlah serta jauhkanlah mereka yang belum mengalami hal demikian dari segala yang membahayakan, karena merekalah generasi penerus yang diharapkan dapat meneruskan perjuangan bangsa kami di masa mendatang. Ya Allah, perkuatlah iman dan takwa kami, karena kami yakin, tidak ada yang dapat memberi kekuatan kepada kami selain Engkau. Perkenankanlah segala permohonan kami, Ya mujib al-sa'ilin. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الأَبْرَارِ يَا عَزِيْزُ بَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Khutbah II اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللّٰهَ تَعَالَى فِي هٰذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا هٰذَا سَعَادَةً وَتَلَاحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ Prof Dr KH Ahmad Thib Raya, MA, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KhutbahIdul Adha 1441 H oleh Ust. Hidayatullah, SHI, MAg di Lapangan Tenis Bumi Anggrek Blok MN, Tambun Utara - Bekasi. About adalah situs resmi Hidayatullah yang memuat profil, program, agenda, kajian, serta kabar Hidayatullah secara nasional. FacebookInstagramTwitterYoutube LinksRedaksi Jaringan Kontak Kami Download [Download Khutbah Jumat] Lima Indikator Orang yang Bahagia Download Kamis 8 Juni 2023 0 Ketenangan dan kebahagiaan yang dicari semua manusia di dunia... [Download Khutbah Jumat] Tujuh Keinginan yang Mustahil Download Kamis 1 Juni 2023 0 BERAPA kali sepanjang hidup ini, kita memiliki keinginan, mimpi,... SubscribeI've read and accept the Privacy Policy.© 2023 All Rights Reserved. KhutbahIdul Adha 1442 H: Menyambut Idul Adha. *Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.MPd, M.Pd, I*. (Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat) ا٠٠٠ح٠٠٠د٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠ح٠٠- Jelang hari raya Idul Adha, khutbah sholat Jumat akan berkutat pada kisah-kisah seputar hari raya kurban. Berikut adalah contohnya secara singkat yang bisa diterapkan menyambut Idul Adha 2023 beberapa pekan mendatang. Bagi Anda yang sedang mencari referensi Khutbah Idul Adha singkat, telah merangkum teks khutbah singkat mengenai “Pelajaran Utama Hari Raya” yang ditulis oleh Alif Budi Luhur dari laman NU Online. “Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar la ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil ham. Allahu akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa subhanallahi bukratan wa ashîla, la ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyah, mukhlisina lahuddin wa law karihal kafirun. La ilaha illallâhu wahdahu shadaqa wa’dah. Wa nashara 'abduhu wa hazama al-ahzab wahdah, la ilaha illallahu wallahu akbar.” Alhamdulillah rabbil alamin. Was shalatu was salamu ala sayyidil mursalin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Amma Ba’du. Baca Juga Jelang Program Tebar Hewan Kurban, Dompet Dhuafa - Hanamasa Bersinergi Kebaikan lewat Gathering Meat & Meet Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah, Hari Raya Kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun dalam praktiknya, kurban sudah dilaksanakan sejak masa kehidupan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Bukanlah daging atau darah yang Allah SWT terima namun sebuah ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban. Dalam surat Al-Hajj ayat 37 berbunyi “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. QS. Al-Hajj 37 Meski sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yakni Nabi Ismail AS. Baca Juga Meski Merebak Penyakit LSD, Penjualan di Pasar Hewan Tanjungsari Sumedang Meningkat hingga 30 Persen, Begini Kata Kepala UPTD Sebagai informasi, Ismail merupakan seorang anak yang ia idam-idamkan setelah bertahun-tahun istrinya tidak segera memiliki buah hati. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shalih.” Allah SWT memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim AS dengan kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar. Ketika anak itu dewasa, Nabi Ibrahim AS diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah SWT yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?" Ismail menjawab, "Wahai ayahku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar." Nabi Ibrahim AS membawa Nabi Ismail AS ke sebuah tumpukan pasir dan ia membaringkannya dengan posisi pelipis di atas tanah. Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah, Atas kehendak Allah SWT, proses penyembelihan tersebut batal untuk dilaksanakan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam sebuah ayat, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” Hadirin yang terhormat, Ibadah kurban merupakan bentuk i’tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah tersebut. Ada tiga pelajaran utama yang dapat ditarik dari kisah tersebut. Pertama, totalitas Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS mendapatkan ujian berat pada rasa bahagianya ketika sang buah hati hadir di rumah tangganya. Melalui perintah menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim AS diperingatkan bahwa anak hanyalah titipan. Nabi Ibrahim AS lolos dari ujian dan membuktikan bahwa dirinya dapat mengalahkan egonya untuk mempertahankan nilai Ilahi. Sementara Nabi Ismail AS yang usianya masih muda mampu untuk membuktikan bahwa dirinya berbakti dan patuh atas perintah Allah SWT. Kedua, tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah ini, umat muslim diingatkan untuk tidak menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan. Di sisi lain, kita juga dihimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia. Penggantian Nabi Ismail AS dengan domba merupakan sebuah pesan pengorbanan dalam bentuk manusia yang ada pada tradisi kelompok pada zaman dahulu merupakan perbuatan yang diharamkan. Seluruh manusia diciptakan Allah SWT dalam kemuliaan. Membunuh dan menyakiti manusia diibaratkan membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-haknya. Ketiga, hakikat pengorbanan. Sedekah hewan kurban merupakan simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu dan lain sebagainya. Pengorbanan merupakan manifestasi dan kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bagaimana jika masing-masing manusia memenuhi egonya dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain seperti mengorbankan sedikit waktu untuk mengantri tiket dan berhenti saat lampu merah. Di sinilah kita melakukan “penyembelihan” ego untuk menggapai kedekatan qurb kepada Allah, karena kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah. Wallahu a’lam. Itulah khutbah Jumat Idul Adha 2023 singkat. Kontributor Nadia Lutfiana Mawarni KumpulanKhutbah Idul Adha 1435 HBersama Asatidzah Ahlussunah Wal Jama'ah. Skip to main content. Due to a planned power outage on Friday, 1/14, between 8am-1pm PST, some services may be impacted. A line drawing of the Internet Archive headquarters building façade. An illustration of a magnifying glass. Kompas TV religi beranda islami Senin, 19 Juli 2021 0937 WIB Ilustrasi Idul Adha di Rumah JAKARTA, - Di masa Pemberlakuan Pembetasan Kegaiatan Masyarakat PPKM Darurat akibat pandemi Covid-19 yang megancam jiwa manusia, pemerintah bersama pemangku agama memutuskan untuk tidak melaksanakan salat Iduladha di masjid atau lapangan. Terutama wilayah yang berada di zona merah dan orange. Salat Idul Adha 1442 Hijriah/2021 diimbau untuk dilaksanakan di rumah masing-masing, imam anggota keluarga yang khutbah juga orang-orang di rumah. Khusus untuk Anda yang besok, Selasa 20/19/2021, akan mengambil peran sebagai khotib atau pengkhotbah salat Iduladha di keluraga, berikut naskah khutbah Iduladha seperti dari laman resmi Kementerian Agama. Baca Juga PPKM Darurat, Wapres Ma'ruf Amin Minta Shalat Idul Adha di Rumah Masing-Masing Khutbah Pertama Keluargaku yang semoga senantiasa dirahmati Allah. Alhamdulillah, pagi hari ini kita sama-sama merayakan lebaran Idul Adha, walaupun dengan menerapkan protokol kesehatan. Kita tidak sendiri melakukannya, umat Islam di dunia juga melakukan hal serupa. Bahkan, saudara kita yang mengerjakan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci juga diperketat di dalam melaksanakan rangkaian manasik haji dan umrahnya. Tujuannya supaya kita semua ummat Islam terlindungi dan terjaga kesehatannya serta khusu' dan nyaman dalam beribadah kepada Allah Swt. Syekh Izzuddin Abdussalam berkata Artinya Termasuk keberuntunganku adalah dapat berdiam diri di dalam rumahku, dan meluangkan waktu untuk beribadah kepada Tuhan-ku. Orang yang beruntung ialah orang lebih banyak berdiam di dalam rumah, ia menangis karena menyesali dosanya, dan ia menyibukkan diri untuk taat beribadah kepada Allah. Dengan demikian, apa yang kita lakukan sekarang ini merupakan cara meraih keuntungan hidup. Terlebih sekarang ini kita masih dalam masa pandemi. Apa yang kita lakukan ini bukan semata-mata untuk keberuntungan diri kita pribadi, tapi juga untuk keberuntungan orang banyak. Rasulullah Saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, bersumber dari riwayat Saad bin Malik, Beliau bersabda Halaman Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA HIDORID- Berikut ini naskah khutbah Idul Adha 1437 Hijriyah, dirilis PP Hidayatullah. Semoga bermanfaat dan dapat dimanfaatkan seluas-luasnya kaum muslimin.
Naskah khutbah Idul Adha menjelaskan betapa bermaknanya diberikan kesempatan untuk hadir dalam shalat Id. Tidak semata bertemu dengan keluarga, tetangga dan teman yang demikian lama tidak bertegur sapa karena kegiatan. Yang terpenting dari khutbah Idul Adha ini adalah kesempatan meneladani kisah dan pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim sehingga melahirkan generasi terbaik. Besar harapan, Idul Adha memberikan pengaruh besar kepada umat Islam untuk terus berupaya menangkap aneka nilai yang memang tidak dapat dipisahkan dari tradisi kurban. Dan hal tersebut hendaknya terus berupaya dicamkan agar Idul Adha tidak semata seremonial tanpa bisa menangkap makna terbaik. Dan naskah khutbah ini dapat digandakan. Demikian pula bisa disebar kepada khalayak agar pesan moralnya dapat ditangkap sebagai bekal dalam menyiapkan generasi yang diharapkan di masa mendatang. Redaksi. Khutbah I اللهُ اَكْبَرْ 3× اللهُ اَكْبَرْ 3× اللهُ اَكبَرْ 3× اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْ وَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ.. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah Marilah selalu memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena pada pagi hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat Idul Adha di masjid yang penuh berkah. Demikian pula diberikan kesempatan bertemu keluarga, sahabat, tetangga yang mungkin jarang kita temui di hari biasa. Karenanya, ini adalah waktu istimewa yang disediakan untuk kita, umat Islam. Karenanya, mari aneka nikmat yang ada kita pergunakan dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan takwallah yang diwujudkan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hadirin yang Berbahagia Baru saja rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri shalat dengan menyebarkan salam sejahtera kepada semua makhluk sekitar. Sejak tadi malam sampai pagi ini, kita memenuhi langit dengan suara takbir. Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu akbar. Allahu akbar walillahil hamdu. Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari segenap penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di Tanah Suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan ilahi dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik. Innal hamda wan nikmata la wal mulk la syarika laka. Maasyiral Muslimin yang Dirahmati Allah Idul Ahda yang khas dengan ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur pada Allah. Demikian ini karena banyaknya Allah telah melimpahkan anugerah. Kita telah diberi banyak hal oleh Allah Subhanahu Wa Taala. Anggota tubuh yang kita miliki dari mulai kepala, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lain-lain. Semuanya adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung berapa harganya, pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermiliar-miliar. Demikian juga, udara yang dihirup, biji-bijian yang dimakan, kendaraan yang ditumpangi, semuanya disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Taala Yang Maha-Pengasih dan Maha-Penyayang untuk manusia. Wallahu khalaqa lakum ma fil ardli jami’a. Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan yang ada di dunia untuk kalian semua. Semua kalau dihitung dengan nominal angka manusia, pasti tiada terhingga. Tentang syukur ini, Allah berfirman وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Artinya Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri dan telah terikat. Kemudian apabila telah roboh mati, maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya yang tidak meminta-minta dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. QS. Al-Hajj 36. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekonstruksi sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan figur-figur agung para kekasih Allah Subhanahu Wa Taala, yaitu figur Nabiyullah Ibrahim 'Alaihis Salam, figur sang anak hebat Nabi Ismail, dan figur sang ibu luar biasa, Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat manusia adalah penyembelihan Nabiyullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang akhirnya diganti kambing oleh Allah. Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah SWT, ibadah kurban adalah merupakan bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka, yakni orang-orang fakir dan miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di negara Indonesia imbas Covid-19, juga nilai tukar rupiah yang anjlok di kisaran dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan saudara-saudara kita, adalah kewajiban untuk membantu. Nabi SAW sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah kurban bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan kesalihan orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, kurban adalah dalam rangka memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang sengsara. Kurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub kepada Allah, bila ia sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan. Hadirin yang Dirahmati Allah Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah Subhanahu Wa Taala pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan seratus ekor unta, beliau ditanya Hendak ke mana ia pergi? Maka beliau menjawab Inni dzahibun ila rabbi sayahdin. QS At-Takwir 26. Artinya Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia memberi petunjuk padaku. Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan pangkat, bukan jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup manusia adalah Allah Subhanahu Wa Taala. Karena seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia, maka diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga peralatan yang lain agar manusia bisa hidup dengan nyaman. Manusia membangun jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga udara. Manusia juga mengapling-kapling lautan dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan. Jamaah Shalat Id yang Mulia Dalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk mengetahui luasnya dunia, pada akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi di daratan, lautan maupun udara. Oleh karena itu, manusia menciptakan internet dan teknologi fotografi serta televisi. Di masa sekarang, manusia hanya dengan duduk di komputer atau televisi, mereka sudah dapat menjangkau dunia yang lebih luas dan warna-warni, meskipun disajikan dalam bentuk potongan gambar, rekaman video atau foto. Mereka menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan di era visual age. Islam –seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim—mentrandensikan jalan menuju Tuhan sebagai jalan kebahagiaan dan jalan menuju akhirat. Islam memberikan dimensi moral spritual agar aktivitas manusia memiliki tujuan yang lebih bermakna, bukan sekadar mobilitas fisik tanpa tujuan yang bersifat ilahi. Pertanyaan Allah pada Nabi Ibrahim adalah pertanyaan moral yang penuh makna Hendak dibawa ke mana harta kita? Hendak dibawa mobil kita? Hendak dibawa ke mana jabatan kita? Hendak dibawa ke mana pangkat kita? Hendak dibawa ke mana ilmu kita? Hendak dibawa ke mana tubuh kita? Di tengah hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting untuk menanyakan kembali pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer bagi manusia secara faktual dewasa ini adalah avoiding the pain, menghindari apa pun yang menyakitkan. Lalu juga looking for the pleasure, mengejar apa pun yang dirasakan menyenangkan. Sehingga yang muncul hanyalah kehidupan materi duniawi belaka. Sebagaimana dikatakan oleh Prof Komarudin Hidayat, bahwa salah satu dimensi dan misi manusia sebagai moral being adalah menegakkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya di manapun berada. Moral being ini harus diwujudkan dalam ruang-ruang kantor, di kamar rumah, di masjid, di restoran, di warung kopi dan sebagainya. Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju pada Allah. Tuhan semesta alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. Sesungguhnya shalatku, matiku, hidupku adalah untuk Allah. Setiap shalat, kita sudah seringkali mengikrarkan dalam lisan. Hadirin yang Dimuliakan Allah Pelajaran berharga lainnya yang bisa diteladani dari Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam adalah bahwa tujuan tertinggi manusia seperti doanya. Rabbi hab li minasshalihin. Ya Allah berilah kami anak-anak yang salih. Nabi Ibrahim meminta anak yang salih. Bukan anak yang pintar, bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak kaya, anak berpangkat dan jabatan, anak yang pintar tapi mereka tidak salih. Karena itu, kata kuncinya adalah anak salih. Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal mudah. Pertama keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang salih dan salihah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara Mencintai nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca Al-Qur’an. HR Tabrani. Dan sahabat Ali pernah berkata ْعَلِّمُوْا اَوْلَادَكُمْ فَاِنَّهُمْ مَخْلُوْقُوْنَ فِي زَمَانِ غَيْرِ زَمَانِكُم Artinya Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu. Jamaah yang Berbahagia Kedua, memberi keteladanan uswah kepada anak-anak kita. Bagaimana pun, keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak. Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan mempengaruhi anak-anak. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan berpengaruh bagi anaknya. Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya meniru. Karena itu, Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad, mengutip syair Abul Aswad Adduwali yang melontarkan kecaman bagi pengajar atau orang tua yang tindak tanduknya bertentangan dengan ucapannya يا أَيُّها الرَجُلُ المُعَلِّمُ غَيرَهُ هَلَّا لِنَفسِكَ كانَ ذا التَعليمُ تَصِفُ الدَّواءَ لِذي السَّقامِ وَذي الضَّنا كَيْمَا يَصِحُّ بِهِ وَأَنتَ سَقيمُ وَتَراكَ تُصْلِحُ بالرَّشادِ عُقولَنا أَبَداً وَأَنتَ مِن الرَّشادِ عَدِيْمُ فَابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَانْهَهَا عَن غَيِّهَا فَإِذَا اِنتَهَتْ عَنهُ فَأنْتَ حَكيمُ فَهُناكَ يُقبَلُ مَا تَقولُ وَيَهتَدِي بِالقَولِ مِنْك وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْمُ Artinya Wahai orang yang mengajar orang lain Kenapa engkau tidak juga menyadari dirimu sendiri. Engkau terangkan bermacam obat bagi segala penyakit agar semua yang sakit sembuh. Sedang engkau sendiri ditimpa sakit. Obatilah dirimu dahulu. Lalu cegahlah agar tidak menular pada orang lain. Dengan demikian, engkau adalah seorang yang bijak. Apa yang engkau nasihatkan akan mereka terima dan ikuti, ilmu yang engkau ajarkan akan bermanfaat bagi mereka. Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang salih atau salihah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus, tempat di mana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga kepada adik-adik kita. Bordie menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”. Habitus adalah “lingkungan dari kekuatan yang ada”. Almarhum KH Abdul Muchith Muzadi, selalu memberi nasihat pada orang-orang Lebih baik sekolah yang berakhalkul karimah meskipun 'tidak bermutu' daripada 'bermutu' tapi tidak berakalakul karimah. Untuk memilih pendidikan yang karena itu, carilah habitus yang baik-baik. Jangan terjerumus pada habitus yang kurang baik sehingga menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Demikianlah khutbah yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. بسم الله الرحمن الرحيم قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّي وَ ذَكَرَ اسْمَ رَبًِهِ فَصَلَّي بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّه هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ Khutbah II الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر. الحمدُ لله أفَاضَ نِعَمَهُ عَلَيْنَا وَأَعْظَمَ. وَإنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا, أشهَدُ أنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. أَسْبَغَ نِعَمَهُ عَلَيْنَا ظَاهِرَهَا وَبَاطِنَهَا وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبدُهُ ورَسُوْلُهُ. رَسُوْلٌ اِصْطَفَاهُ عَلَى جَمِيْعِ الْبَرِيَّاتِ. مَلَكِهَا وَإنْسِهَا وَجِنِّهَا اللهم صَلِّ وسَلًِمْ علىَ سَيًِدِنا محمدٍ وَعلىَ ألهِ وأصحابهِ أهلِ اْلكَمَالِ فِى بِقاَعِ الأرْضِ بُدُوًِهَا وقَرَاهَا .اللهم صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أل سَيَّدِنا مُحَمًَدٍ. كما صَلًّيْتَ عَلَى إبراهيم وَعَلىَ ألِ إبْرَاهِيم, وبَارِكْ عَلىَ مُحَمًَدٍ وَعلىَ ألِ محمدٍ, كما بارَكْتَ عَلىَ إبْرَاهِيمَ وعَلَى ألِ إبرَاهيم فى العالَمِيْنَ إنًَكَ حميدٌ مجيدٌ اللهم اغفِرْ لِلْمسلمِيْن والمُسْلِمَاتِ والمؤمنِيْنَ والمؤمِناتِ الأحياءِ مِنْهُمْ والأمْوَاتِ. إنك سميعٌ قريبٌ مجيبُ الدًَعَوَاتِ ويَا قَاضِىَ الحَاجَاتِ. اللهم وَفَّقْنَا لِعَمَلٍ صَالِحٍ يَبْقَى نَفْعُهُ عَلىَ مَمَرِّ الدُّهُورِ. وجَنَّبْنا مِنَ النَّوَاهِى وَأعمَالٍ هِىَ تَبُوْر. اللهم أصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا. وبارِكْ لنا فِى عُلُوْمِنا وأعْمَالِنا. اللهم أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنا. ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رحمةً إنكَ أنْتَ الوَهابُ. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار عبادَ الله! إنًَ اللهَ يَأمُرُكمْ بالعَدْلِ والإحسَانِ وإيتاءِ ذِى القُرْبىَ ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ والمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلًَكُمْ تَذَكًَرُون. فَاذْكُرُوا الله يَذْكُرْكُم واشكُرُوا عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ .ولَذِكْرُ اللهِ أكبَر

AmienNurhakim, Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim. 2. Khutbah Idul Adha: Hikayat Nabi Ibrahim dalam Haji dan Kurban. 3. Khutbah Jumat: Mari Berkorban dengan Berkurban. 4.

- Hukum khutbah Jumat adalah wajib, sementara hukum khutbah Idul Adha adalah sunnah. Nah seperti apa contoh khutbah jumat menjelang Idul Adha 2023? Jika Anda memiliki kesempatan memimpin khutbah jumat menjelang Idul Adha, cobalah dengan teks berikut! Simak contoh khutbah jumat menjelang Idul Adha 2023 yang disusun Contoh khutbah Jumat menjelang Idul Adha Bismillahirrahmanirrahim. Baca Juga Pemkot Makassar Kerahkan 100 Petugas Periksa Hewan Ternak Jelang Idul Adha Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang penuh dengan rahmat bagi seluruh alam. Hari ini, kita berkumpul di hadapan Allah SWT dengan hati yang penuh syukur dan sukacita karena sebentar lagi akan merayakan Idul Adha. Salah satu momen yang sangat berharga dalam agama Islam. Idul Adha adalah saat yang istimewa, di mana umat Muslim di seluruh dunia berkumpul untuk menyaksikan dan menghayati peristiwa penting dalam sejarah agama kita. Di tengah euforia dan kebahagiaan kita, marilah kita perhatikan satu ayat yang menjelaskan keutamaan Idul Adha. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Hajj, ayat 37, yang berbunyi "Lain bukan binatang-binatang kurban itu akan mencapai kepada Allah, dan bukan pula darahnya, tetapi yang mencapai kepada Allah adalah ketakwaanmu." Baca Juga Ekor Hewan Kurban di Jakarta Barat Dinyatakan Sehat, Pemkot Sapi yang Paling Banyak Diperiksa Ayat ini mengingatkan kita akan makna yang sebenarnya dari perayaan Idul Adha. Keutamaan Idul Adha bukanlah terletak pada jumlah binatang kurban yang kita sembelih atau darah yang mengalir, tetapi lebih kepada ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Idul Adha mengajarkan kita tentang kesediaan Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan anaknya, Ismail AS, sebagai bentuk pengabdian yang tulus kepada Allah SWT. Namun, ketika Allah SWT melihat keikhlasan hati Nabi Ibrahim, Dia menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai pengorbanan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga harus memahami bahwa Idul Adha adalah saat untuk mengorbankan apa yang paling berharga bagi kita, yaitu nafsu dan keserakahan kita. Idul Adha mengajarkan kita tentang keikhlasan dan ketulusan dalam beribadah kepada Allah SWT, mengorbankan yang kita cintai, seperti waktu, harta, dan kemampuan kita, demi meningkatkan hubungan kita dengan-Nya. Selain itu, Idul Adha juga mengajarkan kita tentang kepedulian sosial. Sebagian dari harta yang kita peroleh harus disalurkan kepada mereka yang membutuhkan, untuk meringankan beban mereka. Kita belajar untuk berbagi dan merasakan kebahagiaan bersama dengan sesama umat manusia, terutama mereka yang kurang beruntung. Dalam mengejawantahkan makna Idul Adha, marilah kita selalu berusaha menjadi hamba yang lebih taat, lebih penyayang, dan lebih bijaksana. Mari kita menjaga ketakwaan dan ketulusan hati kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Mari kita perkuat hubungan kita dengan sesama manusia melalui sikap empati dan kepedulian. Dan marilah kita merayakan Idul Adha dengan hati penuh suka cita. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Itulah contoh khutbah Jumat menjelang Idul Adha 2023 yang bisa menjadi referensi anda. Kontributor Hillary Sekar Pawestri . 233 454 176 280 395 426 93 468

khutbah idul adha hidayatullah